Kata “logika” dan “nalar” mungkin bagi sebagian besar orang cukup menakutkan. Mereka membayangkan sesuatu semacam ujian sarjana di perguruan tinggi. Mereka cenderung berpikir bahwa “bersikap logis” adalah suatu karakteristik yang lebih kurang merupakan sifat keturunan atau bawaan.
Tapi sesungguhnya, berpikir logis adalah sesuatu yang alami, seperti halnya bernafas, berjalan, melihat, makan, dan merasakan. Semuanya berkaitan dengan otak, demikian juga dengan proses berpikir logis. Dan dalam hal ini, kita semua memiliki jutaan rangkaian logika; dan satu bagian besar dari otak,cerebal cortex, ditugaskan untuk menanganinya.
Kita menggunakan nalar sepanjang waktu. Proses ini sedemikian alami sehingga kita tidak pernah memperhatikannya. Itulah mengapa kita sering merasa sangat tidak logis. Dan jika perhatian kita tidak tertuju padanya, kita jarang menyadari saat-saat dimana kita menggunakan logika secara alami.
Anda menerapkan proses berpikir logis untuk menyelesaikan masalah setiap kali anda memutuskan untuk melakukan sesuatu dan tidak melakukan yang lainnya. Misalnya saat anda memutuskan untuk memasukkan stapler ke laci meja paling atas, bukan paling bawah, karena anda sering menggunakan benda tersebut.
Juga saat anda memutuskan untuk mengakhiri hubungan anda dengan seseorang karena setelah dua tahun, orang tersebut masih juga belum tertarik untuk memberikan komitmennya.
Saat anda memutuskan berkompromi dengan dua saudara anda dalam membagi warisan ibu, untuk menghindari hal-hal yang hanya akan menimbulkan sakit hati dan kebencian. Dan juga saat anda memutuskan untuk memasak kentang lebih dulu karena kentang membutuhkan waktu yang lebih lama dalam memasaknya dibandingkan steak.